Pengantar :
Alhamdulillah, pada tahun kedua yang telah lewat, Muslimah
sudah membahas tuntunan-tuntunan hidup Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam. Kita dapati pada setiap tuntunan yang beliau ajarkan kepada umat ini
berupa faidah dan manfaat yang tidak terhingga besarnya bagi orang-orang yang
mencontohnya. Sungguh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah
sebaik-baik teladan di muka bumi ini.
Setelah berakhirnya rubrik Teladan Hidup Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kami akan melanjutkan dengan pembahasan yang
tidak kalah menarik untuk dibaca dan diamalkan yang akan membawa orang-orang
yang mengamalkannya kepada derajat yang mulia, mulia di sisi Allah Subhanahu wa
Ta'ala dan makhluk-Nya.
Inilah rubrik Akhlak Karimah yang mulai edisi ini dan
selanjutnya Insya Allah akan membahas akhlak-akhlak mulia yang dicintai Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya.
Akhlak Yang Mulia
Adalah akhlak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji kemuliaan akhlak Rasul-Nya ini di dalam Al
Qur’anul Karim sebagaimana firman-Nya :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. Al Qalam : 4)
Ummul Mukminin ‘Aisyah radliyallahu 'anha ketika ditanya
tentang akhlak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam maka iapun menjawab :
“Akhlak beliau adalah Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Demikian pula Anas radliyallahu 'anhu menyatakan bahwa
beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam adalah manusia yang paling bagus akhlaknya
(dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pernah berpesan di
dalam sabdanya :
“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian ialah yang
paling bagus akhlaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al
‘Ash)
Jika demikian keadaannya dan begitu bernilainya akhlak karimah
maka sepantasnya kita untuk berakhlak dengan akhlak yang mulia sebagaimana
akhlaknya Khairul Anam (sebaik-baik manusia) Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Di antara akhlak-akhlak yang mulia adalah :
Malu
Akhlak ini adalah warisan para Nabi yang terus diambil dan
diamalkan dari generasi ke generasi hingga sampai ke umat Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ini, sebagaimana sabda beliau :
Sesungguhnya apa yang diperoleh manusia dari ucapan kenabian
yang pertama ialah : “Kalau kamu tidak malu maka lakukanlah yang kamu
kehendaki.” (HR. Bukhari dalam Kitabul Adab 7/100 dari Abu Mas’ud radliyallahu
'anhu)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam sebagai imam
seluruh Nabi Allah adalah seorang yang sangat pemalu bahkan lebih malu daripada
seorang gadis yang berada dalam pingitan. Malu juga sifatnya para Malaikat
Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Malu tidaklah menghasilkan kecuali perkara yang baik, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menegaskan perkara ini di dalam sabdanya :
“Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari dan
Muslim dari ‘Imran bin Husain radliyallahu 'anhu). Dalam riwayat Muslim : “Malu
seluruhnya adalah kebaikan.”
Hadits-hadits di atas menganjurkan untuk berhias dengan
akhlak malu karena memang akhlak ini tidak mendatangkan kecuali hal yang baik
dan dapat menyelamatkan seorang manusia dari perbuatan-perbuatan jelek dan
tidak terpuji yang dapat merusakkan diri pelakunya dan orang lain.
Akhlak malu terbagi dua :
1. Malu yang
memang sudah menjadi tabiat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala anugerahkan pada
hamba-hamba yang dikehendaki-Nya sebagai suatu nikmat dari-Nya. Dengan malu
inilah kita dapat melihat banyak orang meninggalkan perkara-perkara dosa dan
maksiat.
2. Malu yang
muncul pada diri seorang hamba dikarenakan ia menyadari bahwasanya Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengetahui apa yang diperbuat hamba-hamba-Nya dan tidak ada
yang tersembunyi sedikitpun dari-Nya. Malu model inilah yang termasuk bagian
dari iman sehingga karena inilah ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam melewati seorang lelaki yang sedang menasihati dengan cara mencela sifat
malu yang ada pada saudaranya, beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menyatakan
:
“Sesungguhnya malu adalah termasuk daripada keimanan.”
(Hadits Mutafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radliyallahu 'anhuma)
Jika seorang hamba tidak memiliki satu di antara dua akhlak
malu di atas maka dengan mudahnya ia akan melakukan perbuatan-perbuatan jelek
dan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka setiap orang yang banyak
kadar akhlak malu pada dirinya niscaya banyak pula kebaikannya, sebaliknya jika
sedikit kadar akhlak malu pada dirinya, sedikit pula kebaikannya.
Pencerminan sifat malu juga nampak pada diri dua orang putri
Nabi Syu’aib ‘Alaihis Salam. Keduanya malu untuk memberi minum ternak mereka
karena ada penggembala-penggembala lain (pria) di tempat minum tersebut. Dan
satu di antara dua putri tersebut juga malu-malu ketika menyampaikan pesan ayah
mereka, Nabi Syu’aib, kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam sebagaimana yang Allah
Subhanahu wa Ta'ala kisahkan di dalam surat Al Qashash ayat ke-23 dan 25.
Maka berhiaslah dengan akhlak malu --wahai saudariku
Muslimah-- karena akhlak ini sangatlah indah dan suatu perhiasan yang istimewa
jika kalian mau memakainya.
Ketahuilah bahwa malu untuk memerintahkan dan mengamalkan
kebaikan serta malu untuk melarang dan meninggalkan kejelekan pada hakikatnya
bukanlah malu, tetapi lebih dekat pada minder, penakut, atau riya’ yang
menunjukkan kelemahan iman dan kerendahan jiwa. Jika akhlak yang tercela ini
berada pada jiwa seorang manusia maka hendaklah segera membuangnya dan
menggantikannya dengan akhlak malu yang mulia yang dimiliki oleh Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dan Malaikat-Malaikat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebaik-baik akhlak adalah akhlak Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam.
Wallahu A’lam Bisshawab.
sumber : Azhari Asri dan Redaksi
[MUSLIMAH XVII/1418/1997/Kajian Kali Ini]
[MUSLIMAH XVII/1418/1997/Kajian Kali Ini]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar anda,, ^^